Hidup Tidak Sekedar Menjadi "Calo" Firman (Ezra 7: 1-28)
Pernahkah kita membeli tiket kapal atau pesawat di calo? Mungkin kita membeli di calo, dikarenakan ada urusan yang sangat penting yang akan kita ikuti sehingga mau tidak mau kita harus membelinya sekalipun dengan harga yang sangat mahal.
Kata “calo” sendiri memiliki arti orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah. Dengan demikian kita bisa memahami bahwa calo bekerja hanya untuk membantu orang lain bisa berangkat ke tujuannya tetapi dia sendiri tetap tinggal, menantikan pelanggan yang mencarinya.
Dalam bacaan saat ini (Ezra 7: 1-28) kita mengetahui Ezra adalah ahli kitab, yang mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan Allah Israel (ayat 6). Ia juga adalah seorang imam dan ahli kitab yang ahli dalam perkataan segala perintah dan ketetapan Tuhan bagi orang israel (ayat 11).
Ilustrasi Oleh: Anrita dari Pixabay |
Ia hidup pada zaman pemerintahan raja persia, Arthasasta. Kehidupan Ezra adalah teladan yang baik untuk kita ikuti. Hal itu bisa kita lihat dalam Firman Tuhan saat ini (ayat 10) “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang israel.”
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Ezra memiliki tekad untuk meneliti Firman Tuhan dan ketika ia mengetahui kebenaran Firman Tuhan, ia lebih dahulu melakukan atau mempraktikannya dalam keseharian hidupnya. Kemudian barulah ia mengajarkannya kepada bangsa israel.
Bukankah seharusnya demikian kita menjalani hidup kekristenan kita? Panggilan hidup kita adalah untuk menjadi garam dan terang di dunia yang gelap dan hambar ini, kita tidak hanya fasih saat mengajarkan kebenaran tetapi kita pun harus harus menghidupi kebenaran itu.
Tugas menjadi pengajar tidaklah mudah. Seorang pengajar dituntut untuk tidak hanya membuat setiap muridnya memahami apa yang telah diajarkannya. Sosok pengajar itu akan semakin ‘sempurna” ketika ia juga mampu melakukan semua yang telah diajarkannya. Pengajaran dan keteladanan adalah warisan terbaik yang diberikan para pengajar kepada murid-muridNya
Belajar dari Ezra
Beberapa hal penting yang patut kita teladani adalah bahwa Ezra menyatakan kesetiaannya kepada Tuhan dengan sikap yang ia tunjukkan yakni pertama, Ia percaya bahwa Hukum Taurat diberikan oleh Tuhan melalui musa sehingga didalam kehidupan Ezra, hukum taurat menjadi hal yang penting dan terutama. Kedua, ia menjadikan dirinya untuk meneliti isi hukum Taurat. Ketiga, ia menaati segala ketetapan- ketetapan Allah dan hukum-hukum Allah dengan benar dan keempat, ia mengajarkan Hukum Taurat kepada bangsa Israel supaya Firman Tuhan kembali dipahami dan dilakukan oleh bangsa Israel pada masa itu.
Pertanyaan untuk kita renungkan adalah sejauh kehidupan yang Tuhan telah karunikan kepada kita hingga pada saat ini, bentuk kesetiaan apa yang pernah kita lakukan? Dari keempat contoh atau teladan di atas, bagian mana yang sudah kita lakukan? Berapa kali kita melakukannya, seberapa sering kita melakukannya?
Ezra telah memberikan teladan yang baik bagi kita bahwa ketika ia sudah mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan maka ia sendiri melakukannya didalam kehidupannya dan kemudian mulai mengajarkan kepada bangsa israel. Memang tugas menjadi pengajar tidaklah mudah.
Seorang pengajar dituntut untuk tidak hanya membuat setiap muridnya memahami apa yang telah diajarkannya. Sosok pengajar itu akan semakin ‘sempurna” ketika ia juga mampu melakukan semua yang telah diajarkannya. Pengajaran dan keteladanan adalah warisan terbaik yang diberikan para pengajar kepada murid-muridnya. Namun Ezra tetap melakukannya sebagai wujud kesetiaanya kepada Tuhan dan Tuhan selalu menolong Ezra bahkan raja persia pun melindungi serta menolongnya.
Sebagai orang percaya dan juga sebagai keluarga kristen hendaklah kita percaya pada kebenaran Firman Tuhan dan ketika kita memahaminya hendaklah kita juga mewujud nyatakan didalam sikap dan perilaku kita setiap hari.
Sehingga tidak ada lagi yang berkata, kata-kata dan perbuatan berbeda, omong A buat B dan seterusnya. Mengapa demikian karena kita bukanlah calo ke surga? hanya menjual atau mengajarkan tetapi tidak bersiap-siap berangkat atau bahkan tidak pernah berangkat. Dan Jadilah pelaku Firman karena Tuhan akan selalu menolong dan memberkati kita, kuatlah didalam segala tantangan dan cobaan hidup. Amin
Herneta Maria Maghu, S.Pd
Guru di SMA PGRI Waingapu
Belum ada Komentar untuk "Hidup Tidak Sekedar Menjadi "Calo" Firman (Ezra 7: 1-28)"
Posting Komentar